Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. ~ Ibrani 10: 24
Seorang eksekutif muda sukses bernama Josh, suatu hari berjalan-jalan di lingkungan sekitar rumahnya di Chicago dengan mobil Jaguar barunya. Ketika hendak memasuki sebuah lapangan parkir, dilihatnya ada anak-anak kecil di trotoar dan dia memperlambat laju mobilnya karena ada sesuatu yang menarik perhatiannya. Namun beberapa detik kemudian, sebuah batu bata mendarat di pintu samping mobil Jaguar hitam yang masih mengkilap tersebut.
Dengan kemarahan yang meluap-luap, John mundur kearah anak yang melemparkan batu bata tersebut. Josh melompat keluar dari mobilnya, dan menarik anak tersebut.
“Kenapa kamu lempar batu bata itu, siapa kamu? Kamu tahu apa yang telah kamu lakukan?!”
Sambil mengepalkan tangannya, Josh berkata, “Itu adalah Jaguar baruku, dan karena batu-bata yang kamu lemparkan itu, perlu banyak uang untuk memperbaikinya. Mengapa kamu melakukannya?!”
“Tolong, tuan..tolong maafkan saya! Saya lakukan karena terpaksa!” Demikian ujar anak itu sambil menangis. “Saya melemparkan batu bata itu karena tidak seorangpun yang mau berhenti!”
Air mata anak tersebut mengalir di pipinya, lalu anak tersebut menunjuk kearah sebuah kursi roda yang tidak jauh darinya. “Dia adalah kakak saya, tuan,” jelasnya. “Dia terjatuh dari kursi rodanya dan karena dia terlalu berat, saya tidak bisa mengangkatnya kembali ke kursi roda. Maukah Anda menolongnya kembali duduk di kursi roda? Dia terluka, tapi dia terlalu berat untuk saya angkat..”
Josh terdiam dan melepaskan anak tersebut. Dia menelan ludahnya untuk membasahi tenggorokannya yang seperti tercekik. Diambilnya sapu tangannya dan dihapusnya air mata anak tersebut. Josh kemudian mendekati anak yang terjatuh dari kursi roda tersebut, lalu menolongnya untuk kembali duduk di kursi roda. Kedua anak tersebut kemudian diantarnya pulang kerumah.
Tetapi, Jaguar hitam milik Josh yang rusak karena lemparan batu tersebut tidak pernah diperbaikinya. Dia sengaja melakukannya, agar selalu ingat ketika ada orang yang melempar batu bata kearahnya, itu adalah untuk mendapatkan perhatiannya.
Hari-hari ini, banyak orang menjadi putus asa karena tidak ada yang mau berhenti sejenak dari kesibukan dan memberikan pertolongan yang mereka butuhkan. Mereka terabaikan, terbuang dan tanpa harapan, sama seperti kisah seorang yang dirampok oleh penyamun yang Yesus ceritakan dalam Lukas 10: 30-35. Namun dalam kisah tersebut, orang Samaria yang baik hati sangat peka akan keadaan sekelilingnya sehingga tidak perlu menunggu dilempar batu untuk memberikan pertolongan.
Hari ini, jika seseorang membuat Anda kesal jangan terburu emosi dan langsung marah-marah. Mungkin Anda menjalani keseharian Anda dengan begitu cepat, sehingga tidak memperhatikannya. Orang tersebut mungkin membutuhkan pertolongan Anda, dan melakukannya karena ingin menarik perhatian Anda.
Perlambatlah kehidupan Anda, dan luangkan waktu untuk sesama. Jangan menunggu lemparan batu untuk membuat Anda peduli.